Thursday, April 03, 2008

Kanda Pat, konsep S45P ala Bali



Dalam
Kanda Pat diceritakan kelahiran manusia mempunyai saudara sebanyak empat yang terdiri dari Anggapati, Prajapati, Banaspati, dan Banaspatiraja.
Pada usia kehamilan enam bulan terbentuklah empat saudara yakni Babu Lembana, Babu Abra, Babu Ugian, Babu Kekered.

Pada umur kehamilan sepuluh bulan lahirlah sang bayi beserta saudaranya yakni ari-ari disebut Sang Anta, tali pusar (Sang Preta), darah (Sang Kala), air ketuban (Sang Dengen).
Keempat saudara ini yang memelihara semasih dalam kandungan.

Ketika lahir keempat saudara tersebut berpisah dan berganti nama menjadi I Salahir (Anta), I Makahir (Preta), I Mekahir (Kala), dan I Salabir (Dengen), sedangkan badan manusia sendiri disebut dengan I Legaprana.
Keempat saudara yang telah terpisah tersebut masih saling ingat satu sama lain.
Kemudian kira-kira selama empat tahun kemudian, keempat saudara tersebut saling melupakan, dan menjelajahi dunianya sendiri-sendiri.
I Salahir ke timur berganti nama menjadi Sang Hyang Anggapati, I Makahir ke selatan berganti nama menjadi Sanghyang Prajapati, I Mekahir ke barat menjadi Sanghyang Banaspati, I Salabir ke utara menjadi Sanghyang Banaspatiraja.

Kemudian keempat saudara tersebut dengan kuat melakukan tapa – yasa dan berganti nama lagi.
  1. Anggapati bergelar Bagawan Penyarikan berkedudukan di timur, sedangkan di badan manusia tempatnya di kulit.
  2. Prajapati bergelar Bagawan Mercukunda berkedudukan di selatan, dalam tubuh manusia letaknya di daging.
  3. Banaspati menjadi Bagawan Shindu Pati berkedudukan di Barat, dalam tebuh manusia tempatnya di urat.
  4. Banaspatiraja menjadi Bagawan Tatul, berkedudukan di utara, dalam tubuh manusia tempatnya di tulang.
Dan terakhir, berkat tapanya yang teguh, saudara empat tersebut mendapat julukan : Anggapati mendapat julukan Sang Suratma, Sang Prajapati berjuluk Sang Jogormanik, Sang Banaspati menjadi Sang Dorakala, dan Sang Banaspatiraja mendapat julukan Sang Maha Kala.
Sebagaimana tersirat dalam Kanda Pat Rare.

***********

Dalam mitologi disebutkan bahwa ketika Dewi Uma telah kembali ke Siwa Loka, maka yang tinggal di dunia adalah perwujudan beliau dengan segala sifatnya.

Jasad ini kemudian oleh Dewa Brahma dihidupkan dan menjadi empat tokoh yang disebut dengan catur sanak, yakni :

Anggapati menghuni badan manusia dan mahluk lainnya. Ia berwenang mengganggu manusia yang keadaannya sedang lemah atau dimasuki nafsu angkara murka.
Mrajapati sebagai penghuni kuburan dan perempatan agung. Ia berhak merusak mayat yang ditanam melanggar waktu/dewasa. Juga ia boleh mengganggu orang yang memberikan dewasa yang bertentangan dengan ketentuan upacara.
Banaspati menghuni sungai, batu besar. Ia berwenang mengganggu atau memakan orang yang berjalan ataupun tidur pada waktu-waktu yang dilarang oleh kala. Misalnya tengai tepet atau sandikala.
Banaspatiraja, sebagai penghuni kayu-kayu besar seperti kepuh, bingin, kepah, dll yang dipandang angker. Dia boleh memakan orang yang menebang kayu atau naik pohon pada waktu yang terlarang oleh dewasa.
Sebagaimana tertulis dalam lontar Kanda Pat Buta.

Dalam kanda pat Buta disebutkan bahwa Anggapati berarti kala atau nafsu di badan kita sendiri.
Merajapati berarti penguasa Durga setra gandamayu.
Banaspati diwujudkan berupa jin, setan, tonya sebagai penjaga sungai, jurang atau tempat kramat.
Dan Banaspatiraja diwujudkan dalam bentuk barong sebagai penguasa kayu besar atau hutan.

No comments: